Dasar Biomedis
Ilmu Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Prof. H. Soedjajadi Keman, dr., MS., Ph.D.
Universitas Airlangga – Surabaya
Referensi
Turnock B.J. (2004) Public Health, What it is and How It works, 3rd Ed, Sudbury – Massachusetts : Jones and Bartlett Publishers Inc.
Schneider M.J. (2006) Introduction to Public Health, 2nd Ed, Sudbury – Massachusetts : Jones and Bartlett Publishers
Landon M (2006) Environment, Health and Sustainable Development. London : Open University Press
Bagaimana Menaklukkan Penyakit Infeksi ?
Sepanjang sejarah sampai awal abad XXI penyakit infeksi masih merupakan pembunuh utama manusia
Bubonic plague (penyakit pes) atau “black death” telah menyapu ¾ populasi penduduk Eropa dan Asia pada abad ke XIV
Tuberculosis adalah pembunuh No. 1 di England pada pertengahan abad XIX
Pada pertengahan abad XIX angka kematian dilatar belakangi oleh tuberculosis, typhoid, dan penyakit saluran nafas dan pencernakan lainnya menjadi meningkat double dari tahun 1930
Penyakit Infeksi ditaklukkan dgn Upaya Kesehatan Masyarakat
Penjernihan air minum dan disinfeksi
Pembuangan limbah dan sampah secara saniter
Pasteurizasi susu segar
Program immunisasi
Peningkatan gizi
Personal hygiene
Penemuan antibiotik juga memainkan peranan penting, karena faktanya pada tahun 1960-an, ancaman penyakit infeksi tampaknya mulai menurun
Tampaknya masih premature deklarasi kemenangan thd perang untuk menaklukkan penyakit infeksi
Infectious Agents
Sebagian besar penyakit wabah disebabkan oleh bakteria, virus atau parasit, yg telah dibuktikan sejak th 1880-1890an dimana setiap tahunnya diketemukan penyakit baru yang disebabkan oleh bakteria
Robert Koch, seorang dokter berkebangsaan Jerman mengembangkan teknik untuk mengklasifikasikan bakteria menurut bentuk dan jenis pewarnaannya, karena jutaan bakteri hidup di kulit, tenggorokan,mulut, hidung, usus besar dan vagina, sehingga perlu suatu aturan untuk membuktikan bahwa satu bakteri merupakan penyebab penyakit tertentu à dikenal sebagai Postulat Koch
Postulat Koch
- Mikro-organisme pasti diketemukan pada setiap kasus kejadian penyakit (infeksi)
- Mikro-organisme ini harus diisolasi dan ditumbuhkan di laboratorium
- Apabila diinjeksi dengan bahan biakan yang tumbuh di laboratorium, maka hewan coba yang peka akan menjadi sakit
4. Organisme ini harus diisolasi pada hewan coba yg terinfeksi ini dan proses ini diulang kembali
Aplikasi Postulat Koch
Koch mengaplikasi postulat ini untuk membuktikan bahwa penyebab penyakit tuberkulosis (penyebab utama kematian di Eropa pada waktu itu) adalah bakteri bentuk batang bersifat tahan asam
Koch juga mengidentifikasi berbagai bakteria lainnya spt Vibrio cholerae (Kolera) , Pateurella pestis (Plague), Salmonella typhii (Typhoid), Diplococcus diphteria (Difteri), dan Shigella bacteria (Disentri)
Round shape and Corkscrew shape Bacteria
Kalau bakeri itu bentuknya bulat disebut Cocci (Coccus) meliputi Streptococci penyebabkan infeksi tenggorokan, Stafhyllococci penyebab luka infelksi, dan Pnemococcus yang menyebabkan pneumonia
Syphilis atau LUES atau Raja Singa disebabkan oleh bakteri berbentuk sekrup disebut Spirochete
Kesemua bakteri tersebut diatas diketemukan atau diidentifikasi pada awal abad ke XIX
Virus
Beberapa penyakit infeksi, tidak dapat diketemukan adanya bakteria, seperti penyakit Smallpox (cacar) dikenal menular ke orang sehat dari sekret yang ada di lesi kulit penderita, penyebabnya tidak dapat diisolasi
Smallpox pada waktu iu dikenali disebabkan oleh “filterable agent” atau virus, hingga tahun 1935 ketika seorang ilmuwan Amerika W.M. Stanley mengkristalkan virus mozaic tembakau, virus baru bisa diperlihatkan
Virus merupakan sel yang gak komplit, secara sederhana terdiri dari kompleks asam nukleat dan protein yang kehilangan kemampuan untuk bereproduksi sendiri
Penyakit virus : smallpox, yellow fever, polio, hepatitis, influenza, measles (morbili = campak), rabies, AIDS, dll.
Protozoa and Helminthes
Penyakit pada manusia juga bisa disebabkan oleh protozoa, hewan bersel tunggal yang hidup sebagai parasit dalam tubuh manusia : Plasmodium malaria ditularkan melalui nyamuk, Cryptospiridiosis penyebab wabah diare Milwaukee, Giardia lamblia penyebab “beaver fever”
Parasit lainnya dalah cacing yang bisa hidup dalam tubuh manusia seperti : cacing gelang, cacing pita, cacing tambang, dan cacing kremi, terjadi di seluruh dunia
Cara Penularan
Penyakit infeksi ditularkan melalui berbagai cara, baik secara langsung dari orang ke orang atau secara tidak langsung melalui air, makanan, udara, tanah, atau vektor
Bakteri dan virus penyebab penyakit infeksi saluran nafas termasuk batuk-pilek, influenza, tuberkulosis, dityularkan melalui udara dalam bentuk “aerosol” butiran air tebentuk sewaktu penderita bersin atau batuk
Dapat juga ditularkan lewat benda yg disentuh penderita spt gagang pintu, alat makan, handuk atau selimut, dll
Penyakit infeksi saluran cerna seperti kolera, disentri, polio dan difteria ditularkan melalui route anal ke oral
Anal to Oral Transmission
Pengelolaan pembuangan tinja (faeces) manusia merupakan bag yg sangat penting dr manajemen pencemaran lingkungan;
Pembuangan tinja scr layak, adekuat dan saniter mencegah :
(1) kontaminasi air tanah dan
sumber air bersih;
(2) berbiaknya vektor penyakit ttt seperti Arhropoda (lalat)
shg menurunkan insidensi peny yg ditularkan melalui tinja.
Transmisi Penyakit dari Anal ke Oral






Rantai penularan penyakit yang bersumber dari (anal) tinja ke (oral) manusia

Syarat Pembuangan Tinja
· Tidak mengotori air tanah dan air permukaan
· Tidak mencemari tanah
· Bebas dari serangga
· Bebas dari bau busuk dan pesing
· Harus dalam ruangan tertutup :
· mempunyai lantai kedap air
- ada tempat berpijak
- harus selalu bersih
- tersedia air dan tissue
Kharakteristik Tinja
Produksi tinja seseorang tgt pada jenis makanan, fisiologi usus, suhu dan kelembaban, serta adat-budaya setempat;
Produksi tinja orang asia + 200-400 g/hari
Produksi orang bule (Amerika dan Eropa) + 100-200 g/hari
Komposisi tinja
- 80 % adalah air
- 20 % bahan organik dan anorganik
Mikroorganisme
Patogen Dalam Tinja
Patogen Dalam Tinja
Makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja menyebabkan transmisi penyakit oral-anal, diidentifikasi dengan indikator bakteri klasik :
- Klebsiella pneumonia
- Klebsiella rhinoscleromatis
(Von Fritch, 1882)
- Bacteri / Bacillus coli
(Escherichia coli, isolasi dari pasien cholera, 1885)
- Streptococcus fecalis untuk air yang asin
Virus Dalam Tinja
Satu gram tinja mengandung 1 milyard virus infektif
Virus yg diekskresikan dlm tinja tak dpt memperbanyak diri, tapi tahan hidup ber-minggu2 bila keadaan cocok (< 15 0C)
Lima kelompok virus dalam tinja :
- Adenovirus
- Enterovirus (termasuk Polio)
- Hepatitis A virus
- Reovirus
- Rotavirus (penyebab diare)
Bakteri dalam Tinja
Bakteri yang selalu ada :
- Bacteriodes fragilus
- Fecal coliform
- Escherichia coli
- Fecal streptococci
- Enterococci
Bakteri yang tidak selalu ada :
- Entero bacteria
- Lactococcilli
- Closteridia
- Bacterioides
- Bifido bacteria
- Eubacteria
Dipakai secara luas untuk indikator makanan dan minuman yang tercemar oleh tinja adalah :
- E coli dan Fecal coliform (entero bacteria)
- Fecal streptococcus (air asin)
Bakteri patogen yang normal tak ada dalam tinja :
- E coli patogen
- Salmonella typhii
- Shigella species
- Vibrio cholerae
- dll
Jumlah bakteria patogen dari penderita / carrier / reservoir dapat mencapai 1 juta / gram tinja kering !
- E coli dan Fecal coliform (entero bacteria)
- Fecal streptococcus (air asin)
Bakteri patogen yang normal tak ada dalam tinja :
- E coli patogen
- Salmonella typhii
- Shigella species
- Vibrio cholerae
- dll
Jumlah bakteria patogen dari penderita / carrier / reservoir dapat mencapai 1 juta / gram tinja kering !
Protozoa dalam Tinja
Bentuk infektif adalah kista yang tertelan
Hanya ada 3 spesies protozoa usus manusia yg patogen
Bentuk infektif adalah kista yang tertelan
Hanya ada 3 spesies protozoa usus manusia yg patogen
Morfologi Entamoeba histolytica (Amoeba Usus)
A : Tropozoid; c = badan kromatoid
B : Prakista; ect = ectoplasma
C : Kista muda berinti satu; end = endoplasma
D : Kista berinti dua; g = vakuol glikogen
E : Kista berinti empat k = kariosom
n = inti
rbc = sel darah merah
A = Trofozoid
B = Kista
c = cilia
cy = cytopyge
c.v. = vakuol kontraktil
f = fakuol makanan
g = farynx
m = mulut
ma.n = makronukleus
mi.n = mikronukleus
B = Kista
c = cilia
cy = cytopyge
c.v. = vakuol kontraktil
f = fakuol makanan
g = farynx
m = mulut
ma.n = makronukleus
mi.n = mikronukleus
Morfologi Balantidium coli
Termasuk fam. Ciliata (Ciliophora)
Morfologi Giardia lamblia (Fam, Flagelata : Mastigophora)
a = aksostil b = blefaroplast cw = dinding kista
d = batil hisap I.f. = flagel lateral n = inti
p.b.= benda parabasal p.f. = flagrl posterior p.fib = serabut parabasal
r = rhizoplast s = perisai v.f. = flagel ventral
Cacing dalam Tinja
Transmisi penyakit cacing adalah dalam bentuk telor atau larva cacing dari tinja masuk ke oral
Hanya Schiztosoma hematobium (cacing darah) saja yang diekskresikan keluar tubuh melalui urine
Semua cacing tidak berbiak dalam tubuh manusia, kecuali cacing Strongyloides stercoralis
Penyakit Kecacingan
dan transmisinya
dan transmisinya
Anal to Soil to Oral
Transmitted Diseases
Transmitted Diseases
Ascariasis, Trichuriasis,
Hookworm infection/cutaneus larva migrans
Antihelminthic treatment exist
Prevention involves food and sewage sanitation
Infestasi Cacing Cambuk
Trichuriasis
Trichuriasis
Hookworm infection –
cutaneus larva migrans
cutaneus larva migrans
Lymphatic Filariasis in Kumpeh, Jambi
MYASIS: Lalat betina bertelur + 2.000 butir menetas dalam waktu 6-12 jam Larva menjadi pupa/kepompong/belatung dalam waktu 7 hari Selanjutnya jadi lalat muda (imago) dalam waktu 3-4 hari Setelah 3 hari imago menjadi lalat dewasa à umur 30-60 hari Dari telur sampai lalat yang bisa bertelur butuh waktu 14 hari (2 mg)
Toxoplasmosis and Congenital Anomalies
Dioctophymatosis in man
Admission day, 16 June 2006
Admission day, 16 June 2006
Monday, 19 June 2006
Re-expelling a worm àsent to Lab. of Parasitology Dept, (already formalinized)
Based on clinical history and morphology of the worm à identified as Dioctophyma renale
Patient then followed up daily fro proofing diagnosis
à further examination
RPG & Cystoscopy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar